Selasa, 06 Oktober 2009

MTA DI BREBES MUNGKINKAH?

Sejak adanya siswa yang berasal dari Kabupaten Brebes yakni tahun 1999, dan diikuti oleh adik-adik yang sekolah di SMA tersebut sering terjadi perbincangan hangat di Yayasan Majlis Tafsir Al – Qur’an Pusat mengenai bakal berkembangnya MTA di Kabupaten Brebes. Pada Halal Bi Halal G and E Tahun 2003 di Desaku Kluwut, hadir Ketua Yayasan MTA Pusat Drs. Ahmad Sukino dan seluruh jajarannya. Beliau menyampaikan rasa terima kasihnya jika banyak siswa-siswi yang melanjutkan sekolah di SMA MTA Surakarta. Para orang tua pada waktu itu juga menyambut dengan jawaban agar diadakan saja Pengajian MTA di Kabupaten Brebes.

Waktu kian berjalan, sejak peristiwa itu banyak siswa-siswi dari kabupaten Brebes yang melanjutkan sekolah di Kota Budaya Surakarta. Entah dari mana informasinya, yang jelas kebanyakan dari orang tua siswa tersebut adalah para guru yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik bagi anaknya. Dari rekan guru, akhirnya sampai pada tahun 2009 ini hampir saja tiap tahun kabupaten Brebes mengirimkan duta-duta mudanya. Sepuluh tahun waktu yang cukup lama, alhasil banyak sekali alumni dari Kabupaten Brebes mungkin bisa mencapai 80 orang.

Pak Suprapto, guru yang berasal dari Kabupaten Tegal mungkin merasa bertanggung jawab kepada Pimpinan Yayasan MTA untuk bisa membina siswa-siswi dari Kabupaten Brebes, agar kelak dakwah MTA sampai juga di Kabupaten Brebes, walau entah sampai kapan.

Perlu juga diketahui, dari Solo ke Semarang cabang MTA terputus di Kota Salatiga. Lalu, dari Semarang sampai Jakarta, Cabang MTA tidak ada sama sekali. Mungkin ini peluang Yayasan MTA dalam melebarkan sayap dakwahnya di kota kita. Pertanyaannya adalah apa mungkin akan berdiri cabang MTA di Kabupaten Brebes?

Dari hasil pemantauan saya, kebanyakan keluarga yang menyekolahkan anaknya ke SMA MTA Surakarta adalah dari Golongan Nahdliyin/ NU. Para orang tua tidak peduli dengan pemahaman agama yang berbeda dengannya, “yang penting anakku bisa sekolah dengan baik” begitu pikirnya. Padahal perlu juga kita ketahui, dalam sejarah berdirinya cabang MTA di berbagai tempat di Indonesia, Golongan Nahdliyin lah yang sering bersikeras menentang adanya MTA. Nach, di sini dapat kita melihat titik permasalahannya.

Saya dan rekan – rekan sesama alumni dari Kabupaten Brebes yang berasal dari NU pernah terbetik untuk kabur dari pengajian MTA. Buat apa mengikuti kalau berbeda paham. Ini yang sering saya diskusikan dengan rekan – rekan .

Dari hasil perenungan, saya berpikir mungkin suatu saat bisa berdiri cabang MTA di Kabupaten Brebes tercinta. Walaupun alumninya menyebar, kalau ikatan silaturrohim sesama alumninya begitu kokoh dan istiqomah, walhasil akan berdiri tuh cabang tetapi dengan melewati beberapa rintangan tentunya. Pertama, kita harus bisa memahamkan orang tua bahwa kita menginginkan pengajian binaan di Brebes. Pengajian binaan dapat terlaksana bila terjadi komunikasi yang baik antara siswa/ alumni dengan orang tua. Kedua, hilangkan persepsi bahwa kalau ada pengajian binaan MTA pergaulan kita akan terbatasi, terlalu jauh kita memikirkan hal itu. Ketiga, G and E harus sering komunikasi dan meningkatkan kesolidan anggotanya, karena ruh / penggerak dakwah MTA terletak pada wadah ini, jika maju ya ikut maju, jika mundur ya susah.

So, menurut hemat saya, masa bodoh MTA berdiri di Kabupaten Brebes atau tidak. Toh, tempat ngaji tidak harus di MTA dan pasti aku akan bertempat tinggal di luar kota. Yang paling penting, kita harus selalu meningkatkan kesolidan antar anggota G and E. Okay…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar